Rabu, 31 Juli 2013

Perundingan damai Israel-Palestina di Washington DC: Pendukung dan penentangnya (UP-DATED)


Kota Yerusalem (foto: Marianne Medlin/CNA).
Palestina membatalkan perundingan setelah sebuah serangan Israel ke kamp pengungsi

TEMPO.COTepi Barat  (27 Agustus 2013) - Juru runding Palestina membatalkan rencana pembicaraan perdamaian dengan Israel menyusul serangannya terhadap kamp pengungsi di daerah pendudukan Tepi Barat, Sabtu 24 Agustus 2013. Serangan pasukan Israel tersebut menyebabkan tiga warga Palestina tewas termasuk seorang pekerja PBB.

Perdana Meteri Palestina, Rami Hamdallah, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa 27 Agustus 2013, "Kejahatan semacam itu membuktikan bahwa perlunya perlindungan internasional terhadap rakyat kami."
Pasukan Israel acap kali menahan warga Palestina yang dituduh terlibat dalam gerakan teroris. Israel dan Otoritas Palestina baru-baru ini -melalui mediasi Amerika Serikat - melakukan pembicaraan setelah selama tiga tahun berhenti.

Kekerasan di Tepi Barat terus meningkat sejak awal 2013. Dalam kurun waktu delapan bulan, pasukan Israel telah membunuh 14 rakyat Palestina di daerah pendudukan. Hampir seluruh korban pembunuhan itu tewas setelah bentrok dengan serdadu Israel. Bandingkan dengan periode yang sama pada 2012, tiga warga Palestina tewas dalam kasus serupa.

Menurut PBB, pria yang dibunuh tentara Israel itu berusia 34 tahun, ayah empat orang anak. Dia tewas ditembak di bagaian dada oleh Israel saat sedang menuju ke tempat kerjanya. PBB mengutuk insiden pembunuhan ini.
Juru bicara kepolisian Israel mengatakan kepada kantor berita AFP, sejumlah petugas menggeruduk daerah pendudukan di Tepi Barat guna menangkap "seseorang yang diduga teroris" ketika lebih dari 1.500 warga Palestina turun ke jalan dan menyerang mereka dengan lemparan bom molotov dan batu cadas.

"Pasukan Israel menggunakan peluru karet," ujar juru bicara. Tak begitu jelas, apakah tentara Israel dalam aksi penyerbuan itu menahan warga Palestina atau tidak.


-------
AMERIKA SERIKAT, Washington DC (MP) -- Ketua tim perunding Israel, Menteri Kehakiman Tzipi Livni, Selasa (30/7/2013), memuji suasana positif dalam pembicaraan damai dengan Palestina di Washington DC. 

Ini adalah perundingan pertama setelah tiga tahun terhenti oleh sebab pendudukan Israel di Tepi Barat yang dilihat sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

"Atmosfir pembicaraan sangat positif," kata Menkeh Livni kepada Radio Israel, Selasa (30/7/2013), setelah jamuan makan malam dengan juru runding Palestina Saeb Erakat yang digelar Menteri luar negeri AS, John Kerry.

"Semua isu sudah di atas meja, namun kami memutuskan semua akan ditentukan di dalam ruang negosiasi dan tidak akan bocor keluar," ungkap Menkeh Livni.

Menkeh Livni menambahkan, pembicaraan damai ini dilanjutkan bukan sebagai respon atas desakan AS namun juga merupakan kepentingan kedua negara. (kompas.com)

Hari Rabu (31/7/2013) juru runding Erakat menyampaikan terima kasih kepada pemerintah AS atas “upaya mereka yang tidak kenal lelah” dan mengatakan tidak seorang pun yang memperoleh manfaat lebih besar dari suksesnya perundingan selain rakyat Palestina.

“Saya gembira bahwa semua isu-isu status akhir di bahas di meja perundingan dan akan diselesaikan tanpa kecuali. Sudah waktunya bagi rakyat Palestina memiliki negara mereka sendiri yang merdeka dan berdaulat,” ujarnya. (kompas.com)

Pertemuan akan kembali diadakan dalam dua minggu.


Pihak-pihak yang tidak mendukung
  
Seperti yang diberitakan Reuters, selama setidaknya dua dekade terakhir, negosiasi di konferensi tingkat tinggi gagal menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan pertemuan-pertemuan lain hanya meninggalkan draf perdamaian yang akhirnya tak terpakai. (lih. kompas.com)

Dengan latar belakang yang kurang mendukung tersebut, tampak pula ada pihak yang tidak menyukai perundingan saat ini. 

Salah satu faksi terbesar Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yaitu Front Rakyat Untuk Kemerdekaan Palestina, Senin (29/7/2013), telah menyuarakan penolakan terhadap perundingan damai tersebut.

"Kami pergi ke PBB untuk melepaskan diri kami dari AS," ungkap Khaleda Jarar, salah satu pemimpinnya. Ia merujuk kesuksesan Palestina mendapatkan kenaikan status di PBB. (kompas.com)

Hamas, yang mengusai wilayah Palestina di Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "menolak Otoritas Palestina kembali ke pembicaraan damai dengan pemerintah pendudukan Israel".

Dipihak lain, Menkeh Livni mengungkapkan, "Ada beberapa menteri Israel yang tak sepakat dengan negosiasi ini."

Para menteri garis keras secara terbuka menentang pembentukan negara Palestina dan bersumpah akan terus membangun permukiman Yahudi di tanah pendudukan. (kompas.com)

Menlu AS John Kerry (tengah) bersama perunding Israel
Tzipi Livni (kanan) dan perunding Palestina Saeb Erakat
di Washington (30/7) (foto: Reuters via Kompas).


Pujian untuk itikad baik

Namun, itikad dari pemimpin kedua belah pihak mendapat pujian dari Menlu Kerry. Ia menegaskan pujiannya untuk PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas

Dalam pernyataannya hari Minggu kemarin ia mengatakan, "Kedua pemimpin itu telah menunjukkan kesediaan untuk membuat keputusan sulit yang telah berperan dalam mencapai titik ini. Kami berterima kasih atas kepemimpinan mereka." 

Pihak pemerintah Israel telah mengambil langkah untuk membebaskan 104 tahanan pejuang Palestina.

"Ini saat yang tidak mudah bagi saya. Ini hal yang tidak mudah bagi para menteri," kata PM Netanyahu. "Hal ini tidak mudah terutama bagi sejumlah keluarga, keluarga-keluarga yang berduka, yang suasana hatinya saya pahami. Namun, ada saat-saat di mana keputusan-keputusan sulit harus dibuat demi kebaikan negeri ini, dan ini adalah salah satu dari momen itu."

Langkah tersebut lolos dengan raihan suara 14 berbanding 6. Dua suara lain abstain. (kompas.com)

Salah satu menteri Israel garis keras adalah Naftali Bennett.

Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Tenaga Kerja Israel yang juga Pemimpin Partai Rumah Yahudi ini dilaporkan mengeluarkan pernyataan insensitif Minggu kemarin.

"Jika Anda menangkap teroris, anda cukup membunuh mereka," katanya, menurut sebuah laporan edisi cetak harian Yedioth Ahronoth berbahasa Ibrani.


Dukungan umat beragama

Sementara itu, CNA melaporkan bahwa sejumlah pemimpin lintas agama di AS telah mengirimkan sebuah pernyataan berisi dukungan terhadap perundingan damai ini kepada Menlu Kerry.

Pernyataan yang ditanda-tangani oleh sejumlah pemimpin Yahudi, Muslim dan Kristen ini, selain memberikan penghargaan juga mengungkapkan doa mereka bagi upaya menghadirkan perdamaian yang diakui merupakan hal yang tak mudah. 

“Kami tahu bahwa jalan menuju perdamaian adalah rumit dan penuh tantangan, tapi perdamaian adalah hal yang mungkin.” (+)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar