Rabu, 01 Agustus 2012

Kontroversi Chick-fil-A: Antara iman dan ekonomi

Di kalangan orang Kristen, pilihan ekonomi tak jarang dibuat tanpa pertimbangan keimanan. Namun dengan kontroversi Chick-fil-A, sebuah jaringan-restoran mirip KFC, banyak orang semakin sadar bahwa tindakan ekonomi dan iman adalah dua hal yang berkaitan.
USA -- Dua minggu yang lalu, pelaksana harian direktur utama Chick-fil-A, Dan Cathy, menyatakan bahwa restoran yang menyajikan burger ayam ini akan tetap menjunjung nilai-nilai kristiani termasuk pemahamannya tentang keluarga. Di Amerika Serikat, negara adidaya yang saat ini sedang berada di persimpangan jalan antara meniru Eropa Barat yang telah dikuasai oleh sekularisme atau kembali ke fondasi Kekristenan, tidak dapat tidak pernyataan semacam itu mengundang reaksi pro maupun kontra.

Organisasi-organisasi pro-homoseksualisme yang didukung oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Ford (mobil), Hewlett-Packard (komputer), Kodak (kamera), Coca-cola (minuman), Nike (sepatu), Starbucks (rumah kopi), Oreo (biskuit), dan sederet merk terkenal lainnya (lihat di sini), termasuk Levi's (jeans) dan Google.com (Internet), langsung menyerukan boikot terhadap Chick-fil-A.

Eat chikin' no more,” (berhenti makan ayam) ungkap mereka. Chikin' adalah pelesetan dari kata Bahasa Inggris chicken (ayam) yang digunakan dalam iklan milik Chick-fil-A.

Dua walikota, yaitu Chicago dan Boston, telah mengatakan akan menolak restoran yang tidak beroperasi pada hari Minggu itu untuk dibuka di kota mereka.

“Nilai-nilai Chick-fil-A tidak sesuai dengan nilai-nilai kota Chicago,” demikian ungkap Rahm Emanuel, walikota Chicago, seperti dilansir Sun Times.

Ketua Penasihat Umum gereja The Assemblies of God, George Wood, menanyakan serangkaian pertanyaan sebagai respon terhadap ungkapan walikota Chicago yang merupakan tim kampanye Obama ini:

“Apakah Anda mengatakan bahwa umat Katolik tidak di-welcome di Chicago karena mereka tidak mengikuti 'nilai-nilai Chicago'? Bahwa umat Kristen Injili tidak di-welcome? Demikian dengan umat Muslim? Dengan umat Yahudi Ortodoks?

“Bahwa mereka yang keyakinan agamanya menyatakan bahwa pernikahan adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak punya 'nilai-nilai Chicago' sehingga dengan demikian tidak termasuk komunitas Anda? Apakah Anda bermaksud mendiskriminasi masyarakat beragama? Apakah Anda bermaksud memarginalisasi mereka? Apakah Anda, menurut pandangan Anda sendiri, sedang bersikap intoleran terhadap masyarakat beragama?” demikian dikutip charismanews.

Dalam laporan Sun Times, Rahn Emanuel, mempertahankan pernyataannya tersebut dan menolak meminta maaf. Hanya Thomas Menino, walikota Boston, yang kemudian menarik kata-katanya: “Mundur dari rencana kalian untuk memiliki lokasi di Boston,” ungkapnya seperti dikutip yahoonews.

Mike Huckabee (foto: charismanews)
Pernyataan Mike Huckabee

Menanggapi serangan pedas dari homoseksualis militan ini, Mike Huckabee, mantan gubernur Arkansas dan juga seorang penulis best-selling untuk NY-Times, mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan:

Keluarga Cathy, yang dipimpin oleh pendiri Chick-fil-A, Truett Cathy, adalah keluarga Kristen luar biasa yang berkomitmen untuk mengoperasikan perusahaannya menurut prinsip-prinsip alkitabiah dan yang ceritanya adalah benar-benar sebuah kisah sukses di Amerika. Dimulai pada usia 46, Truett Cathy membangun Chick-fil-A menjadi perusahaan beromset $4 milyar pertahun dengan lebih dari 1.600 cabang. Pada usia 91, dia masih aktif di perusahaannya, tapi anaknya Dan adalah pelaksana harian direktur utama perusahaan. Ini adalah kisah Amerika yang hebat yang dikotori oleh ungkapan kebencian dan fanatisme intoleran dari pihak kiri.

"Perusahaan Chick-fil-A menolak untuk beroperasi pada hari Minggu supaya karyawan mereka dapat pergi ke gereja jika mereka menginginkannya. Meskipun mal, bandara dan dunia usaha menekan perusahaan untuk buka pada hari Minggu, keputusan ini dipertahankan. Mereka memperlakukan pelanggan dan karyawan dengan rasa hormat dan penghargaan.

"Pendukung homoseksual militan telah meluncurkan serangan terhadap Dan Cathy dan Chick-fil-A, mendorong pemboikotan karena keluarga Cathy telah memberikan kontribusi terhadap organisasi yang mendukung pernikahan menurut tradisi. Upaya untuk menyakiti atau menghancurkan Chick-fil-A tidak kurang dari sebuah pengancaman ekonomi.

"Mengatas-namakan 'toleransi', ada upaya dilakukan untuk menekan orang-orang supaya berhenti makan di Chick-fil-A. Lebih buruk lagi adalah upaya menjelek-jelekan perusahaan dan karyawannya. Pandangan Kristen yang dimiliki Dan Cathy telah disikapi dengan sikap intoleransi dan ungkapan kebencian yang kejam.”

Lebih jauh Huckabee, sambil menekankan bahwa pihak perusahaan maupun keluarga pemilik tidak berkaitan apa-apa dengan pernyataannya ini, mengajak masyarakat untuk makan di Chick-fil-A sebagai bentuk dukungan bagi “sebuah bisnis yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip Kristen dengan pemimpin yang berani mengambil sikap untuk mempertahankan nilai-nilai kesalehan.” Ia mengajak untuk makan di Chick-fil-A pada hari Rabu 1 Agustus.

“Terlalu sering, mereka yang berhaluan kiri membuat pernyataan bersama untuk mendukung 'pernikahan' sesama jenis, pembunuhan bayi (aborsi) atau ketidak-senonohan, tetapi jika orang-orang Kristen menegaskan nilai-nilai sesuai tradisi [Kekristenan], kita dikatakan 'homofobia', fundamentalis, pembenci, dan intoleran,” ungkapnya dalam pernyataan itu.

Sekretaris Negara AS, Hillary Rodham Clinton
(foto: AP photo/ J. Scott Applewhite via theblaze)
Penyebaran doktrin homoseksualisme

Sementara itu, upaya untuk mempengaruhi opini masyarakat di Asia, Afrika, dan di belahan dunia lainnya terus dilakukan lewat media-media atau 'LSM-LSM' yang berhaluan sama atau yang telah dibeli oleh gerakan sistematik homoseksualisme yang tak hanya ditunjang dana yang besar tapi juga kekuatan politik. Tak kurang dari administrasi pemerintah Inggris dan Amerika saat ini yang telah menyatakan bahwa bantuan luar negeri mereka turut ditentukan oleh penerimaan atas hubungan sesama jenis.

Militansi gerakan homoseksualisme tak hanya menguatirkan masyarakat beragama, tetapi juga para homoseks sendiri. Senator Ted Lieu baru-baru ini mengusulkan sebuah RUU di senat negara bagian California, USA, yang didalamnya dicantumkan: “Tidak boleh dalam situasi apapun penyedia perawatan kesehatan mental melibatkan diri dalam upaya merubah orientasi seksual dari pasien umur 18 tahun ke bawah, sekalipun dengan persetujuan pasien, orangtua pasien, penjaganya, walinya, atau orang lain untuk menempuh upaya itu.” (Lihat selengkapnya di sini.)

Marisa Lobo, seorang psikolog, menentang kebijakan seperti ini di Brazil. Lobo melihat bahwa larangan untuk melakukan terapi reparatif bagi yang memiliki ketertarikan pada sesama jenis “melanggar kebebasan pribadi seorang pasien” dan sebagai seorang ahli jiwa ia harus “mendengar penderitaan psikologi” ketika seorang homoseks ingin merubah orientasi seksualnya. Saat ini terapi ini dilarang oleh Federal Council of Pscyhology (CFP) Brazil. Pernyataannya telah menuai kritik dari organisasi ini, dan Lobo sendiri beresiko kehilangan ijin prakteknya. (Lihat selengkapnya di sini.)

Topik tentang homoseks telah mengganggu pikiran banyak orang Kristen pada akhir-akhir ini. Pada kenyataannya hal ini adalah kenyataan hidup yang harus disikapi dengan bijaksana dan terlebih lagi, dengan belas kasih. Gereja perlu menjadi “tempat utama di mana orang beriman mencari dukungan, penghiburan dan pemuridan seiring mereka membuat keputusan untuk hidup menurut prinsip-prinsip Kristen.”

Ungkapan organanisasi Exodus dapat menjadi titik refleksi bagi gereja yang berusaha untuk mengikuti Kepalanya, yaitu Yesus Kristus. “Kami percaya mengenai padangan yang berpusat pada Injil, maksudnya bahwa semua orang, tanpa peduli akan pergumulan pribadi masing-masing, dapat mengalami pembebasan dari kuasa dosa lewat hubungan dengan Yesus Kristus setiap hari, komitmen terhadap firman Tuhan, dan dengan menjadi bagian dari sebuah komunitas orang percaya yang bersemangat, terbuka, dan relasional yang terdapat di gereja setempat.”

Umat Kristen saat ini diperhadapkan dengan situasi dunia yang semakin tak bersahabat, sekaligus menempatkan kita pada pilihan-pilihan yang menuntut sikap etis kristiani. Pergunakanlah hikmat dari Allah dalam setiap tindakan iman kita, baik dalam ekonomi, politik, bahkan seluruh kehidupan kita dengan berlandaskan iman, pengharapan, dan kasih, serta dengan mengingat pesan firman: "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu... (Yohanes 15:18). Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33).***

2 komentar:

  1. artikel bagus sekali bro, ijin copas, thanx GBU
    http://mdc-semarang.blogspot.com

    BalasHapus