Jumat, 03 Agustus 2012

Gereja Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabin: Cermin toleransi beragama di Indonesia

Gereja Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabin
(foto: Kompas.com)
INDONESIA, Jakarta  
Dua buah bangunan beribadah saling berdampingan menghiasi salah satu sudut Tanjung Priok. Namanya adalah Gereja Protestan Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabin. Sayangnya, pemandangan ini mungkin tak lama lagi akan hilang. Pemerintah DKI Jakarta merencanakan untuk merelokasi kedua bangunan itu dengan alasan pelebaran jalan, demikian dilaporkan Kompas.com (25/7).

“Gereja ini (usianya) sudah masuk ke-55 tahun, dibangun dari tahun 1957. Sedangkan masjidnya baru ada sekitar dua tahun setelah gereja berdiri. Satu tembok, satu dinding,” kata Pendeta Tatalede Barakati.

Pdt. Tatalede mengatakan hubungan yang sudah terjalin antara pengurus gereja dan masjid tidak pernah menemui masalah. Apabila ada acara keagamaan, seperti bulan suci Ramadhan, Lebaran, atau Natal, mereka saling mendukung. Meskipun demikian, pihak gereja mengaku belum pernah membuat acara bersama.

Pdt. Barakatih menyesalkan rencana ini karena kedua rumah ibadah tersebut hidup berdampingan secara damai dan menjadi simbol kerukunan beragama. "Gereja dan masjid ini punya nilai historis sebagai simbol kerukunan beragama. Pemerintah kota seharusnya menjadikannya sebagai cagar budaya, bukan justru menggusurnya," katanya di Jakarta Utara, Senin baru-baru, seperti dilaporkan jawaban.com.

Malahan menurut Pdt. Barakatih, terhadap relokasi ini, masjid telah menghubungi masyarakat Gereja Mahanaim dan menyatakan menolak rencana relokasi itu. Bahkan mengajak pihak gereja untuk memohon kepada pemerintah agar mempertimbangkan kembali keputusan pemindahan gereja bersejarah tersebut. "Mereka sempat mengajak kita untuk meminta gubernur DKI agar tidak memindahkan kita, tapi kita turut saja karena pemerintah," paparnya.

Menurut laporan Kompas.com di bulan Ramadhan ini, pihak gereja menjadwalkan akan menggelar buka puasa dengan menyediakan takjil. Sebab, kegiatan serupa juga pernah digelar pada Ramadhan tahun lalu. Namun, hingga kini Tatalede mengaku masih menunggu kabar dari pihak masjid untuk acara buka bersama itu.

Biasanya, kata Tatalede, buka puasa bersama dilakukan pada pertengahan Ramadhan yang diorganisasi pihak masjid dan melibatkan warga sekitar. Tahun lalu buka puasa bersama diadakan di sekitar Jalan Melur I, Koja, Jakarta Utara, tak jauh dari lokasi gereja-masjid.

"Pada bulan puasa lalu kami membagikan santapan berbuka, seperti kolak. Biasanya dilakukan pertengahan Ramadhan. Kita menunggu kabar dari mereka (pihak masjid)," kata Tatalede.

Saat Lebaran pun, kata Tatalade, pihak gereja turut membantu mempersiapkan untuk shalat Idul Fitri. Misalnya, jika shalat Id bertepatan pada Minggu, pengurus gereja bersedia mengalah dengan cara meniadakan acara mereka. Sementara apabila pihak gereja menggelar ibadah, maka pihak pengurus masjid mempersilakan lahan parkirnya digunakan jemaat gereja.

"Selama 55 tahun itu ya hubungan kita akrab. Kami saling mengunjungi. Kami saling perhatian. Kami anggap saudara," ujar Pdt. Tatalede. (Kompas/Jawaban)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar