Gereja Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabin (foto: Kompas.com) |
INDONESIA, Jakarta
Dua buah
bangunan beribadah saling berdampingan menghiasi salah satu sudut
Tanjung Priok. Namanya adalah Gereja Protestan Mahanaim dan
Masjid Al-Muqarrabin. Sayangnya, pemandangan ini mungkin tak
lama lagi akan hilang. Pemerintah DKI Jakarta merencanakan untuk
merelokasi kedua bangunan itu dengan alasan pelebaran jalan, demikian
dilaporkan Kompas.com (25/7).
“Gereja ini (usianya) sudah masuk ke-55 tahun, dibangun dari tahun
1957. Sedangkan masjidnya baru ada sekitar dua tahun setelah gereja
berdiri. Satu tembok, satu dinding,” kata Pendeta Tatalede
Barakati.
Pdt. Tatalede
mengatakan hubungan yang sudah terjalin antara pengurus gereja dan
masjid tidak pernah menemui masalah. Apabila ada acara keagamaan,
seperti bulan suci Ramadhan, Lebaran, atau Natal, mereka saling
mendukung. Meskipun demikian, pihak gereja mengaku belum pernah
membuat acara bersama.
Pdt.
Barakatih menyesalkan rencana ini karena kedua rumah ibadah tersebut
hidup berdampingan secara damai dan menjadi simbol kerukunan
beragama. "Gereja dan masjid ini punya nilai historis sebagai
simbol kerukunan beragama. Pemerintah kota seharusnya menjadikannya
sebagai cagar budaya, bukan justru menggusurnya," katanya di
Jakarta Utara, Senin baru-baru, seperti dilaporkan jawaban.com.
Malahan
menurut Pdt. Barakatih, terhadap relokasi
ini, masjid telah menghubungi masyarakat Gereja
Mahanaim
dan menyatakan menolak rencana relokasi
itu. Bahkan mengajak pihak gereja untuk memohon kepada pemerintah
agar mempertimbangkan kembali keputusan pemindahan gereja bersejarah
tersebut. "Mereka sempat mengajak kita untuk meminta gubernur
DKI agar tidak memindahkan kita, tapi kita turut saja karena
pemerintah," paparnya.
Menurut laporan
Kompas.com di bulan Ramadhan ini, pihak gereja menjadwalkan akan
menggelar buka puasa dengan menyediakan takjil. Sebab, kegiatan
serupa juga pernah digelar pada Ramadhan tahun lalu. Namun, hingga
kini Tatalede mengaku masih menunggu kabar dari pihak masjid untuk
acara buka bersama itu.
Biasanya, kata
Tatalede, buka puasa bersama dilakukan pada pertengahan Ramadhan yang
diorganisasi pihak masjid dan melibatkan warga sekitar. Tahun lalu
buka puasa bersama diadakan di sekitar Jalan Melur I, Koja, Jakarta
Utara, tak jauh dari lokasi gereja-masjid.
"Pada bulan
puasa lalu kami membagikan santapan berbuka, seperti kolak. Biasanya
dilakukan pertengahan Ramadhan. Kita menunggu kabar dari mereka
(pihak masjid)," kata Tatalede.
Saat Lebaran
pun, kata Tatalade, pihak gereja turut membantu mempersiapkan untuk
shalat Idul Fitri. Misalnya, jika shalat Id bertepatan pada Minggu,
pengurus gereja bersedia mengalah dengan cara meniadakan acara
mereka. Sementara apabila pihak gereja menggelar ibadah, maka pihak
pengurus masjid mempersilakan lahan parkirnya digunakan jemaat
gereja.
"Selama 55
tahun itu ya hubungan kita akrab. Kami saling mengunjungi. Kami
saling perhatian. Kami anggap saudara," ujar Pdt. Tatalede.
(Kompas/Jawaban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar