Kamis, 17 Mei 2012

Bentrokan memiskinkan masyarakat Kota Ambon

Ilustrasi: Kerukunan antar umat beragama
(foto: antara)
Perayaan Hari Ulang Tahun Pattimura di Kota Ambon, Selasa (15/5/2012), diwarnai bentrokan antarwarga. Bentrokan terjadi sekitar pukul 06.10 WIT saat rombongan iring-iringan obor Pattimura dari Kawasan Batu Merah melintasi Kawasan Mardika Kota Ambon, demikian dilaporkan oleh Kompas.com.

Hal ini terjadi di tengah-tengah persiapan pelaksanaan MTQ XXIV tingkat nasional yang akan dilaksanakan di Kota Ambon pada awal Juni. Insiden ini dikatakan tidak akan membatalkan kegiatan ini.

Masyarakat Ambon, baik Muslim maupun Kristen, telah bertekad untuk menyukseskan pelaksanaannya.

Sebelumnya telah dilaporkan bahwa Komisariat Daerah Pemuda Katolik Maluku telah menyiapkan relawan untuk membantu kelancaran kegiatan ini. "Kami siap mengamankan kegiatan nasional umat Islam itu sebagai cerminan budaya hidup orang basudara (saudara) yang merupakan warisan leluhur dan harus dilestarikan," kata Ketua Komda Pemuda Katolik Maluku Agus Ufie, seperti dilansir Antara.

Pada laporan lainnya dikatakan, umat Kristen Protestan telah menyiapkan 100 Pastori ( rumah tempat tinggal pendeta) dan Katholik siap menampung kafilah di wisma Gonzalo.

"Saya yang pemeluk agama Islam sungguh terharu dengan kesiapan umat Kristen, baik Protestan maupun Katholik berperanserta menyukseskan MTQ sebagai cerminan hidup para leluhur mengajak hidup damai dengan saling membantu disemangati budaya masohi (gotong royong)," kata Jhon Pattisahusiwa, Sekretaris Majelis Latupati Maluku sekaligus Raja (sapaan kepala desa di Maluku) Negeri Sirisor Islam.

Kejadian yang mengakibatkan timbulnya korban luka-luka dan korban materil ini kembali mengingatkan kerusuhan yang merobek-robek Maluku antara 1999 dan 2001, dan walau dalam sekala yang jauh lebih kecil menunjukkan bahwa bentrok antar-warga adalah proses pemiskinan, bukan hanya nilai-nilai kemanusiaan dan ekonomi, tetapi juga membawa masyarakat menjadi miskin kedamaian.

Bentrokan bukan konflik antara Muslim dan Kristen melainkan krisis kedamaian dalam masyarakat Kota Ambon. Keterbukaan seluruh anggota masyarakat untuk memisahkan antara agama, kampung tempat tinggal, dan para pelaku konflik sangat diperlukan, dan pada saat yang sama kredibilitas negara dalam menegakkan hukum harus dijaga dan ditegakkan.

Pemprov Maluku telah menyatakan siap membayar seluruh biaya rumah sakit untuk para korban bentrokan antar-warga di Ambon yang saat ini tengah dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Ambon.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar